Rabu, 19 September 2007

Avenged Sevenfold Cari Tato Indonesia


Apakah rock star Amerika identik dengan tato? Avenged Sevenfold alias A7X sepertinya begitu. Walau telah punya banyak tato di seluruh tubuhnya mereka berencana membuat tato di Indonesia.Entah berapa jumlah tato yang dimiliki oleh M. Shadows (vokal), Synyster Gates (gitar), Zacky Vengeance (gitar), Johnny Christ (bass) dan The Rev (drum). Namun mereka mengaku tak mutlak bagi musisi untuk punya tato."Kita tak menganjurkan seorang musisi rock harus punya tato. Ini sejak muda kita udah buat tato, bukan karena kita rock star," ujar Johnny ketika berbincang dengan detikhot saat berbincang di CJ's Bar Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (6/8/2007) siang.Sang vokalis, Matt pun berpendapat sama. Tentu saja kualitas bermusik seseorang tak diukur dari berapa banyak ia punya tato. Tapi bicara soal tato, Johnny yang mengaku belum pernah mendengar soal budaya Indonesia ingin mencoba membuat tato di Indonesia."Ya mungkin saya harus mencobanya. Saya akan mencarinya tapi mungkin belum tahu gambar apa. Akan saya pikirkan nanti," tandas Johnny diiringi senyumnya.Bagaimana dengan masalah narkoba juga wanita? Apakah A7X kerap mendapat masalah dengan 2 hal itu?"Kita berlima besar bersama dan kita teman SMU yang sama. Jujur, kita hang out dan bersenang-senang bersama. Tapi saat kita di band, kita serius. Tapi kita tak terjerumus yang begitu," tutup Johnny.

History of A7X


Avenged Sevenfold atau lebih dikenal sebagai A7X atau Sevenfold, didirikan oleh Zacky Vengeance (gitar) dan M. Shadows (vokal), ketika mereka masih SMA di Orange County. Kemudian mereka mengajak The Reverend Tholomew Plague (drum), dan mereka merilis demo pada tahun 1999
Perilisan demo awal pada tahun 1999, sehingga ditetapkan sebagai tahun lahirnya Avenged Sevenfold. Pada tahun 2002 mereka kembali merilis Sounding The Seventh Trumpet yang sebelumnya pernah dirilis pada tahun 2001, dimulai dengan Masuknya Synyster Gates (gitar) pada trek prtama pada album Sounding the Sevent Trumpet.
Lalu mereka menjalin kerjasama dengan Hopeless Records, dan merilis Waking the Fallen, dengan mengeluarkan hits Mainstream, Unholy Confessions. Album ini mendapat dukungan yang tinggi dari
The Rolling Stones.
sumber : id.wikipedia.org

Harmoni Cadas dari Avenged Sevenfold


Avenged Sevenfold, band pengusung musik beraliran heavy dan rock metal asal Kalifornia, Amerika Serikat (AS), mengguncang publik Jakarta, Selasa (7/8) malam. Dalam pertunjukan yang dihajat di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, band ini menghadirkan sepuluh repertoir cadas yang mampu menghipnotis para remaja ibu kota Jakarta untuk bergoyang melepaskan energi muda mereka selama 1,5 jam.
Kehadiran Avenged Sevenfold atau yang lebih sering disingkat A7X ini adalah yang kali pertama atau juga menjadi kota kedua di Asia setelah Jepang. Walau masih perdana menyambangi Jakarta, namun, antusiasme para penggemar band ini ternyata sangat luar biasa di Indonesia. Bahkan, Java Musikindo sebagai promotor pertunjukan bisa tersenyum puas.
Pasalnya, dari 375 ribu tiket yang terdiri dari tiket seharga Rp 200 ribu untuk kelas tribun dan Rp 300 ribu penonton festival, tak satu pun yang tersisa alias seluruhnya laku terjual. Tak mengherankan, jika di atas panggung yang dikemas secara minimalis itu, sang vokalis, Matthew Shadows, memberikan apresiasinya kepada para penonton Indonesia.
''Kami ini sebenarnya telah menerima banyak e-mail dan surat dari Asia, termasuk Indonesia sejak 1999. Sekali lagi kami haturkan terima kasih dari lubuk yang paling dalam untuk Anda semua,'' katanya. Mendengar basa-basi Shadows tersebut, penonton yang sebagian besarnya pelajar dan mahasiswa itu tanpa dikomando langsung saja menyambutnya dengan teriakan histeris, ''yeaahhh''.
Sebagai kelompok musik yang terinspirasi dengan grup Metallica, band yang dihuni oleh Matthew Shadows (vokal), Synyster Gates (gitar), Zacky Vengeance (gitar), Johnny Christ (bass) serta The Rev (drum), ini, tidak bisa dikatakan sebagai band 'anak bawang'.
Berawal dari indie labelMengawali peruntungan dari indie label pada 1999, band ini ternyata mampu memikat pendengar setia. Apalagi, setelah kehadiran gitaris, Synyster Gates, pamornya semakin terus menjulang. Hingga akhirnya, band ini bernaung di Warner Bros Record, satu dari lima major label dunia. Bahkan pada perhelatan MTV Video Music Awards 2006, band ini berhasil menyabet predikat sebagai artis pendatang baru terbaik untuk video. Gelar tersebut didapatkan setelah sebelumnya bersaing ketat dengan sejumlah musisi papan atas dunia, seperti Angles and Airwaves, James Blunt, maupun Panic! At the Disco.
Dalam penampilan perdananya di Indonesia, A7X membawakan sejumlah hit yang telah melambungkan pamor mereka untuk berbicara di bursa musik dunia. Setelah membuka penampilan dengan sebuah intro yang meraung-raung, band ini kemudian menghadirkan repertoire berjudul Beast and Harlot. Tembang ini pernah dicomot untuk menjadi soundtrack serial video game Burnout yang berjudul Burnout Revenge (2005).
Setelah tembang pembuka mengalun, aksi permainan gitar Gates yang meraung terdistorsi langsung menghadirkan Burn It Down. Sementara itu sebelum menghadirkan Chapter 4, Shadows sempat mempersilahkan Gates untuk unjuk kemampuan.
Sang gitaris yang hadir dengan mengenakan topi sulap berwarna merah itu pun selama kurang lebih lima menit mempertontonkan aksi solo gitar elektrik ke hadapan para penonton Jakarta. Namun sayang, aksi solo tersebut masih kurang terasa greget. ''Masih kotor,'' kata Reza, salah seorang penonton menggambarkan permainan solo gitar dari Synyster Gates.
sumber : www.republika.co.id

A7X Nyaman di Major Label


Berkarya lewat jalur musik independen susah-susah gampang. Band Avenged Sevenfold alias A7X asal California pun mengalaminya. Pasca diasuh major label,mereka mengaku lebih nyaman.Sejak berdiri tahun 2001, A7X beberapa kali merilis album indie. Baru di tahun 2004, M. Shadows (vokal), Synyster Gates (gitar), Zacky Vengeance (gitar), Johnny Christ (bass) dan The Rev (drum) dilirik Warner Music.Setahun kemudian album mereka, 'City of Evil' dirilis. Suka duka mereka lalui. Sebagai 5 pemuda yang berasal dari satu SMU keeratan mereka tak perlu dipertanyakan lagi. Bagaimana kisah perjuangan mereka bermusik? "Kita nge-band, 4 - 5 tahun tanpa uang. Saya harus menyetir sendiri tepat setelah manggung. Paginya saya menyetir, saya tertidur beberapa kali. Sampai mobil masuk ke jalur lain. Tapi buat saya itu menyenangkan," kisah Johnny sang bassis kepada (detikhot) saat berbincang di CJ's Bar Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (6/8/2007) siang.Setelah menjadi band berlabel mayor, A7X jarang mengalami kesulitan untuk mengorbitkan musik mereka. Hingga akhirnya bisa ke Indonesia untuk mengadakan konser, dirasa band beraliran musik rock itu sebagai sebuah keberuntungan."Saya pilih mayor label karena semua yang kita perlukan diurus dengan baik. Hidup jadi lebih mudah saja rasanya," tandas Johnny.Ini kali keduanya A7X mengunjungi negara Asia, Agustus tahun lalu mereka pernah konser di Summer Sonic Festival di Jepang. Di Indonesia, A7X akan menggelar konser di Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
sumber : www.detikhot.com

Konser A7X Sedot 3.700 Penonton


Band Indie Amerika, Avenged Sevenfold mereguk sukses dalam debut performa di Indonesia. 3.700 penonton berhasil disedot ke Tennis Indoor Senayan Jakarta, Selasa (7/8), artinya tiket seharga Rp 200 ribu sampai 300 ribu terjual ludes. Mengelontorkan 10 lagu termasuk Burn It Down, Bat Country dan Seize The Day yang berada dalam album terbaru CITY OF EVIL , kelima pria bule itu menghipnotis penyuka musik keras yang rata-rata ABG.
Diawali penampilan
Endank Soekamti sebagai opening act, M. Shadow (vokal), Synyster Gates (lead guitar), Zacky Vengeance (guitar), Johnny Christ (bass) dan The Reverend (drum) menggebrak melalui Intro, Beast & Harlot, Burn It Down, Unholly Confession tanpa jeda. Menyusul Chapter 4, Seize The Day, Trashed & Scattered, Almost Easy, I Won't See You Tonight dan diakhiri Bat Country.
Mengomentari antusiasme penonton dan kesuksesan konser
Avenged Sevenfold, Adrie Subono selaku promotor Java Musikindo mengaku sangat terkejut. "Awalnya kita tak menyangka tapi pada minggu-minggu akhir tiket terjual gila-gilaan, bahkan banyak orang yang tak kebagian. Artinya semua jenis musik punya pangsanya sendiri," ujar Adrie. Selain itu, Java Musikindo mengisyaratkan, musik keras tak selamanya identik dengan kekerasan. "Semuanya aman," tandasnya.
Rasa puas juga terekam dari para seleb yang berkesempatan menilik penampilan band asal California itu, seperti Enno Netral,
Arie Untung – Fenita dan pasangan "hangat" Ernest Cokelat – Nirina Zubir. Simak komentar mereka.
"Asyik banget," ujar mereka serempak. "Ini sesuatu yang beda dan bagi gua ini energi baru buat anak muda Indonesia," kata
Arie. "Kalau mengingat-ingat masa lalu, ini kayak speed metal," komentar Ernest. "Musik seperti ini asyik aja bagi gue, asyik dengerinnya, puas banget," sahut Enno drummer Netral.

sumber : www.kapanlagi.com